Selasa, 24 April 2012

PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR



PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pengertian remaja (menurut Mappiare: 1982 dalam Ali Mohammad dan Mohammad Asrori) dalam bahasa aslinya disebut adolescence mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa suatu usia, dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Bila kita membicarakan masalah remaja, tampaknya seperti tidak pernah selesai, seperti berbagai bentuk kenakalan remaja sebagai contoh adalah perkelahian antar pelajar yang akan dibahas dalam makalah ini.
Berikut adalah fenomena perkelahian antar pelajar
Liputan6.com, Bone: Dua kelompok siswa menengah atas di Bone, Sulawesi Selatan, saling lempar batu, Senin (5/4). Puluhan siswa Sekolah Tinggi Menengah Veteran Bone menyerang Madrasah Aliyah Negeri 1 Watampone saat jam pelajaran berlangsung. Siswa MAN 1 pun kaget dan melakukan perlawanan.
Tawuran berawal saat puluhan siswa STM Veteran mendatangi MAN 1 dan langsung melempar batu. Hal ini membuat para siswa yang sedang belajar kaget dan keluar untuk melawan. Saling kejar dan lempar batu pun tak terhindarkan. Aksi berhenti setelah polisi dari Markas Kepolisian Resor Bone tiba di lokasi kejadian. Polisi dibantu guru akhirnya membubarkan dua kelompok pelajar yang bertikai.
Tidak ada korban jiwa dalam aksi ini. Salah seorang pengendara motor yang melintas di Jalan Sukawati di lokasi kejadian juga terkena lemparan batu mengakibatkan kaca sepeda motor pecah. Sedangkan sejumlah kaca jendela sekolah MAN 1 Watampone pecah. Batu yang digunakan melempar pun masih berserakan hingga masuk ke dalam ruangan. Proses belajar-mengajar di sekolah itu seketika dihentikan.
Belum diketahui motif penyerangan karena saat peristiwa itu terjadi, siswa MAN 1 sedang mengikuti proses belajar-mengajar di kelas masing-masing. Namun, diduga penyerangan itu didasari dendam antarpelajar. Polisi mengamankan barang bukti berupa batu dan kaca jendela serta meminta keterangan siswa dan guru.(YNI/ANS). 05/04/2010 18:20


B.     PERUMUSAN MASALAH 
Dari latar belakang diatas dapat dibahas rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa itu perkelahian antar pelajar?
2.      Faktor-faktor apa yang menyebabkan?
3.      Dampak dari perkelahian remaja itu apa?
4.      Bagaimana cara mengatasi?



PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR
Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi, perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.

B.     PENYEBAB TERJADINYA PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR
Menurut Kartono (1986) ada beberapa landasan teori tentang penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
a.      Teori Biologis
Menekankan faktor nature sebagai penentu perkembangan manusia: kematangan, dasar-dasar biologis perilaku dan proses mental.
b.      Teori Psikologis
Teori ini menekankan sabab-sebab tingkah laku anak-anak dari aspek psikologis dan isi kejiwaannya antara lain faktor intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, resonalisasi yang keliru, konflik batin,emosi yang kontroversi, kecenderungan psikologis, dll.
c.       Teori Sosiogenesis
Tingkah laku pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis misalnya disebabkan oleh pengaruh stuktur sosial yang deviatif, tekanan kolompok, peran sosial, status sosial atau iinternalisasi simbolis yang keliru maka faktor-faktor kultural dalam sosial itu sangat mempengaruhi, status individu ditengah kelompoknya, partisipasi sosial dan pendefinisian diri atau konsep diri.
d.      Teori Subkultur
Mengkait sistem nilai, kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi timbulnys kolompok-kelompok remaja berandal dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa berupa mendapatkan status sosial “terhormat” ditengah kelompoknya, prestise sosial, relasi sosial, dan hadiah-hadiah materiil lainnya.
Menurut DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja Dan Masalahnya (2005) ada beberapa faktor penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
1.      Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri
a.       Lemahnya Pertahanan Diri
Adalah faktor yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.
b.      Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul, dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. Hal ini bisa terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di kelompok geng nakal, pelajar itupun akan ikut nakal.
c.       Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa yang akan datang.
Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan  pendidikan agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.
2.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan anggota keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu perhatian orang tua terhadap masing-masing anak lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak kearah negatif.
DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja dan masalahnya mengemukakan beberapa faktor keluarga yang sangat mempengaruhi terhadap kenakalan remaja yaitu :
1.      Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua.
2.      Lemahnya keadaan ekonomi orang tua.
3.      Kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
Dalam masalah kenakalan remaja khususnya mengenai perkelahian antar pelajar, rumah tangga menjadi sorotan utama, pengaruh-pengaruh buruk dalam lingkungan keluarga dapat menodorong anak remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, diantara pengaruh itu termasuk kondisi keluarga seperti antara lain :
1.      Kemiskinan dan jumlah anggota yang besar.
2.      Rumah tangga yang berantakan karena kematian salah satu dari orang tua, perpisahan ibu dan ayah, perceraian atau karena melarikan diri dari rumah.
3.      Kurangnya kemanan jiwa disebabkan orang tua yang terus bertengkar.
4.      Tidak terdapt persesuaian pendidikan, disiplin dan tujuan hidup yang dicita-citakan oleh orang tua untuk anaknya.
5.      Orang tua tidak menaruh perhatian terhadap anak, tidak sempat menanamkan kasih sayang, dan tidak pula dapat menyatakan penghargaan atas prestasi yag diperoleh anak di sekolah.
Dari pernyataan di atas dapat dimengerti betapa pentingnya peranan orang tua terhadap pendidikan anaknya, karena orang tualah yang memberikan dasar yang fundamnetal terhadap pendidikan anak. Tidak adanya orang tua yang membimbing anak atau orang tua yang mengabaikan pendidikan anak yang mengakibatkan anak tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Apabila ini tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan besar seorang anak akan menjadi nakal.
Tidak hanya kurangnya perhatian orang tua dan keadaan keluarga yang tidak harmonis saja yang menjadi faktor penyebab kenakalan remaja, tetapi juga perhatian orang tua yang berlebihan di dalam keluarga juga mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap perkembangan anak dalam pembentukan kepribadian dan bertingkah laku, ia menjadi nakal dan melakukan perbuatan-perbuatan yang a susila.
Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan serta menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak menjadi rapauh dan mereka selalu bergantung pada bantuan orang tua serta merasa cemas, bimbang dan ragu. Kepercayaan diri menjadi hilang tanpa bisa menemukan motivasi yang kuat untuk hidup. Sebagai akibatnya adakalanya anak melakukan identifikasi total terhadap kelompoknya dan tidak sadar melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang mana akibatnya tudak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga mengganggu ketertiban dan keamanan umum seperti suka berkelahi.
3.      Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan  dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak, lingkungan  yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah laku kriminal, asusila dan anti sosial.
Kelompok orang dewasa yang kriminil dan a susila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut untuk berbuat dan bertingkah laku seperti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang anti soial dan kriminal, seperti sering membuat keributan dan senang berkelahi.
4.       Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.
Hal ini dikatakan oleh ahli psiko higenis yaitu (Bernard  1961;113 dalam Sofyan S. Wilis) sebagai berikut : ” Teacher personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or careless, the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of social grace and will produce slovenly work “.
Artinya: perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut.
Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak pelajar.
a.      Faktor Guru
Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
Kehidupan sekolah telah pula direkayasa untuk mengejar ketinggalannya dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Pertama, kurikulum dirombak sedemikian rupa dengan tujuan agar tercapai para lulusan sekolah yang berkualitas. Kenyataannya, pengertian kualitas itu adalah tingginya tingkat intelektual atau kecerdasan yang diukur dengan hasil belajar dalam bidang seni. Para siswa direkayasa agar belajar keras untuk mengejar target kurikulum. Suasana belajar menjadi sangat intelektualistis yaitu lebih menghargai anak yang pandai. Guru terperangkap dalam sistem birokrasi sekolah sehingga mengajarnya cenderung mekanistik yang mementingkan tercapainya target kurikulum. Untuk mencapai tujuan itu, siswa perlu dikontrol dengan memperketat terlaksananya aturan sekolah, bahkan meningkatkan sistem keamanan sekolah dengan adanya Satpam, bagian keamanan dan piket guru, dan dibantu oleh bagian keamanan dari siswa.   
b.      Guru Pembimbing/BK
Peran guru sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Mengenai kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru BK juga harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta membuat suatu program kerja secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi anak terpantau. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya sama sekali tidak dirasakan oleh para pelajar tersebut.
c.       Fasilitas Pendidikan
Kurangnya fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin  akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.


4.     DAMPAK PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR
Dampak positif
1.      Menimbulkan keberanian, karena tidak takut akan sesama pelajar.
2.      Penghargaan ”rasa terhormat” terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok  pelajar yang berkelahi.
Dampak Negatif
1.      Bagi pelajar
·         Akan dijauhi teman.
·         Menimbulkan luka fisik.
·         Tindak pidana jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.


2.      Bagi keluarga
·         Rasa malu terhadap tetangga sekitar karena ulah salah satu anggota keluarga.
·         Keluarga mendapat teguran dari dari pihak sekolah, masyarakat maupun kepolisian.
3.      Bagi Sekolah
·         Kerugian materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
·         Kerugian yang menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
4.      Bagi Masyarakat
·        Akibat yang langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.


5.     SOLUSI
1.      Di Lingkungan Keluarga
·         Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama.
Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·         Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan  dengan memberikan waktu terluang  untuk berkumpul bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan. Spontanitas itu amat penting bagi orang tua sebagai bahan pertimbangan untuk memahami diri anak-anaknya.
·         Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak.
·         Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak.
·         Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak.
·         Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat
2.      Di Lingkungan Sekolah
·         Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.
·         mengintensifikasikan pelajaran agama bagi pelajar.
·         Mengintensifikasikan bagian Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.
·         Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru, hal ini akan menimbulkan kekompakan  dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil timbulnya kenakalan.
·         Melengkapi fasilitas sekolah, yaitu seperti gedung, laboratorium, mesjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat ketrampilan, dan sebagainya. Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. Di samping itu dapat pula menembangkan bakat murid-murid dalam rangka menuju hidup berwiraswasta danberdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat.
3.      Di Lingkungan Masyarakat
·         Kegiatan-kegiatan atau organisasi masyarakat yang positif yang membantu kearah tercapainya tujuan pendidikan, contohnya Palang Merah Remaja (PMR), organisasi Karang Taruna, organosasi olahraga, dll.



PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian diatas tentang “Perkelahian Antar Pelajar” dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perkelahian antar pelajar disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal.
2.      Perkelahian antar pelajar mempunyai dampak positif maupun negatif.
3.      Untuk mengatasi kasus diatas maka diperlukan kerjasama antara berbagai elemen.


DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D dan N. Y. Singgih D. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Wilis, Sofyan S. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Tawuran.Antarpelajar.Kaca.Sekolah.Pecah.htm (dinduh pada tanggal 18 Mei 2001 Pukul 20.13 WIB).

Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.

Tawuran.Antarpelajar.Kaca.Sekolah.Pecah.htm (dinduh pada tanggal 18 Mei 2001 Pukul 20.13 WIB).



1 komentar: