PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pengertian remaja (menurut Mappiare: 1982 dalam Ali
Mohammad dan Mohammad Asrori) dalam bahasa aslinya disebut adolescence mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan
fisik yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana
individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa suatu usia, dimana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Bila kita membicarakan masalah remaja, tampaknya
seperti tidak pernah selesai, seperti berbagai bentuk kenakalan remaja sebagai
contoh adalah perkelahian antar pelajar yang akan dibahas dalam makalah ini.
Berikut
adalah fenomena perkelahian antar pelajar
Liputan6.com, Bone: Dua kelompok siswa menengah atas di
Bone, Sulawesi Selatan, saling lempar batu, Senin (5/4). Puluhan siswa Sekolah
Tinggi Menengah Veteran Bone menyerang Madrasah Aliyah Negeri 1 Watampone saat
jam pelajaran berlangsung. Siswa MAN 1 pun kaget dan melakukan perlawanan.
Tawuran berawal saat puluhan siswa
STM Veteran mendatangi MAN 1 dan langsung melempar batu. Hal ini membuat para
siswa yang sedang belajar kaget dan keluar untuk melawan. Saling kejar dan
lempar batu pun tak terhindarkan. Aksi berhenti setelah polisi dari Markas
Kepolisian Resor Bone tiba di lokasi kejadian. Polisi dibantu guru akhirnya
membubarkan dua kelompok pelajar yang bertikai.
Tidak ada korban jiwa dalam aksi
ini. Salah seorang pengendara motor yang melintas di Jalan Sukawati di lokasi
kejadian juga terkena lemparan batu mengakibatkan kaca sepeda motor pecah.
Sedangkan sejumlah kaca jendela sekolah MAN 1 Watampone pecah. Batu yang
digunakan melempar pun masih berserakan hingga masuk ke dalam ruangan. Proses
belajar-mengajar di sekolah itu seketika dihentikan.
Belum diketahui motif penyerangan
karena saat peristiwa itu terjadi, siswa MAN 1 sedang mengikuti proses
belajar-mengajar di kelas masing-masing. Namun, diduga penyerangan itu didasari
dendam antarpelajar. Polisi mengamankan barang bukti berupa batu dan kaca
jendela serta meminta keterangan siswa dan guru.(YNI/ANS). 05/04/2010 18:20
B.
PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dibahas rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:
Dari latar belakang diatas dapat dibahas rumusan-rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa itu
perkelahian antar pelajar?
2.
Faktor-faktor
apa yang menyebabkan?
3.
Dampak dari
perkelahian remaja itu apa?
4.
Bagaimana cara
mengatasi?
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR
Menurut Sofyan S, Willis (2005) perkelahian
adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum,
dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah pihak secara
bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar pelajar melibatkan
beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam perkelahian maupun dalam
penyerangan. Jadi,
perkelahian antar pelajar adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
beberapa orang pelajar yang dilakukan secara beramai-ramai (massal), baik
perbuatan tersebut dilakukan secara memukul, menendang, menusuk dengan pisau
tumpul dan benda tajam yang mana semua itu dapat mengakibatkan rasa derita pada
orang lain yang menjadi korban.
B.
PENYEBAB TERJADINYA PERKELAHIAN
ANTAR PELAJAR
Menurut Kartono (1986) ada beberapa
landasan teori tentang penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
a.
Teori Biologis
Menekankan
faktor nature sebagai
penentu perkembangan manusia: kematangan, dasar-dasar biologis perilaku dan proses
mental.
b.
Teori Psikologis
Teori ini menekankan sabab-sebab tingkah laku anak-anak dari
aspek psikologis dan isi kejiwaannya antara lain faktor intelegensi, ciri
kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, resonalisasi yang
keliru, konflik batin,emosi yang kontroversi, kecenderungan psikologis, dll.
c.
Teori Sosiogenesis
Tingkah laku pada anak-anak remaja ini adalah murni
sosiologis atau sosial-psikologis misalnya disebabkan oleh pengaruh stuktur
sosial yang deviatif, tekanan kolompok, peran sosial, status sosial atau iinternalisasi
simbolis yang keliru maka faktor-faktor kultural dalam sosial itu sangat
mempengaruhi, status individu ditengah kelompoknya, partisipasi sosial dan
pendefinisian diri atau konsep diri.
d.
Teori Subkultur
Mengkait sistem nilai,
kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup
bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi
timbulnys kolompok-kelompok remaja berandal dan kriminal. Sedang perangsangnya
bisa berupa mendapatkan status sosial “terhormat” ditengah kelompoknya,
prestise sosial, relasi sosial, dan hadiah-hadiah materiil lainnya.
Menurut DR. Sofyan S.
Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja Dan Masalahnya (2005) ada
beberapa faktor penyebab perkelahian antar pelajar, yaitu:
1.
Faktor yang ada di dalam diri pelajar sendiri
a.
Lemahnya
Pertahanan Diri
Adalah faktor yang ada dalam diri untuk
mengontrol dan mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari
lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif
seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan
perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah
terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan negatif
yang membahayakan dirinya dan masyarakat.
b.
Kurangnya
Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini amat terasa di dunia
pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan. Inti
persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan
perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan
disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul,
dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang
terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. Hal ini bisa
terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di
kelompok geng nakal, pelajar itupun akan ikut nakal.
c.
Kurangnya
Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama merupakan suatu yang
sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama merupakan benteng diri
pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan masa
yang akan datang.
Sekolah dan orang tua harus bekerja
sama bagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan
sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.
2.
Faktor Keluarga
Keluarga
merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan remaja
salah satunya yaitu perkelahian antar pelajar ini. Hal ini disebabkan karena
anak itu hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu
hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan
anggota keluarga lai yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar
jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan
agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan disiplin terhadap
masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin
dapat dengan mudah dilaksanakan. Disamping itu perhatian orang tua terhadap
masing-masing anak lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di
sekolah, pergaulan dan sebagainya. Kalau kita berbicara keadaan ekonomi, tentu
bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena
membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk biaya
sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu sering terjadi pertengkaran
diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga, yang menyebabkan
kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi
tingkah laku anak kearah negatif.
DR. Sofyan S.
Wilis, M.Pd dalam bukunya Remaja dan masalahnya mengemukakan beberapa faktor
keluarga yang sangat mempengaruhi terhadap kenakalan remaja yaitu :
1.
Anak kurang mendapatkan kasih sayang
dan perhatian orang tua.
2.
Lemahnya keadaan ekonomi orang tua.
Dalam masalah
kenakalan remaja khususnya mengenai perkelahian antar pelajar, rumah tangga
menjadi sorotan utama, pengaruh-pengaruh buruk dalam lingkungan keluarga dapat
menodorong anak remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, diantara
pengaruh itu termasuk kondisi keluarga seperti antara lain :
1.
Kemiskinan dan
jumlah anggota yang besar.
2.
Rumah tangga
yang berantakan karena kematian salah satu dari orang tua, perpisahan ibu dan
ayah, perceraian atau karena melarikan diri dari rumah.
3.
Kurangnya
kemanan jiwa disebabkan orang tua yang terus bertengkar.
4.
Tidak terdapt
persesuaian pendidikan, disiplin dan tujuan hidup yang dicita-citakan oleh
orang tua untuk anaknya.
5.
Orang tua tidak
menaruh perhatian terhadap anak, tidak sempat menanamkan kasih sayang, dan
tidak pula dapat menyatakan penghargaan atas prestasi yag diperoleh anak di
sekolah.
Dari pernyataan
di atas dapat dimengerti betapa pentingnya peranan orang tua terhadap pendidikan
anaknya, karena orang tualah yang memberikan dasar yang fundamnetal terhadap
pendidikan anak. Tidak adanya orang tua yang membimbing anak atau orang tua
yang mengabaikan pendidikan anak yang mengakibatkan anak tidak tahu mana yang
baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dikerjakan.
Apabila ini tidak dapat dipenuhi maka kemungkinan besar seorang anak akan
menjadi nakal.
Tidak hanya
kurangnya perhatian orang tua dan keadaan keluarga yang tidak harmonis saja
yang menjadi faktor penyebab kenakalan remaja, tetapi juga perhatian orang tua
yang berlebihan di dalam keluarga juga mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap perkembangan anak dalam pembentukan kepribadian dan bertingkah laku,
ia menjadi nakal dan melakukan perbuatan-perbuatan yang a susila.
Bila orang tua
terlalu banyak melindungi dan memanjakan serta menghindarkan mereka dari
berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak menjadi rapauh dan
mereka selalu bergantung pada bantuan orang tua serta merasa cemas, bimbang dan
ragu. Kepercayaan diri menjadi hilang tanpa bisa menemukan motivasi yang kuat
untuk hidup. Sebagai akibatnya adakalanya anak melakukan identifikasi total
terhadap kelompoknya dan tidak sadar melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang
mana akibatnya tudak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga mengganggu
ketertiban dan keamanan umum seperti suka berkelahi.
3.
Faktor Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial
dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang
anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka
sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi
nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan
kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan
kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang
bertentangan dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau
lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan anak, lingkungan yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa
serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya
reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil
jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah
laku kriminal, asusila dan anti sosial.
Kelompok orang
dewasa yang kriminil dan a susila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak
remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut untuk berbuat dan
bertingkah laku seperti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang
anti soial dan kriminal, seperti sering membuat keributan dan senang berkelahi.
4.
Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah
merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup
berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah
dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah
cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena
itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini
peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat
dipastikan akan menular kepada anak didik.
Hal ini dikatakan oleh ahli psiko
higenis yaitu (Bernard 1961;113 dalam Sofyan S. Wilis) sebagai berikut : ” Teacher
personality is contagious, if he is tense, irritable, dominating or careless,
the pupil will show the evidence of tension, crossness, and lack of social
grace and will produce slovenly work “.
Artinya: perilaku guru yang buruk
seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai murid, maka para murid akan
tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut.
Dalam rangka pembinaan anak didik
kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab dari timbulnya
kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas
pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi
antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang
berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak
pelajar.
a.
Faktor Guru
Dedikasi guru merupakan pokok
terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi berarti guru yang
ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di dalam tugasnya,
ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh keyakinan diatasinya
semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa dedikasi. Ia
bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang mampu
dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif
mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak
berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang
menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam
kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak
memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
Kehidupan sekolah telah pula direkayasa
untuk mengejar ketinggalannya dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Pertama,
kurikulum dirombak sedemikian rupa dengan tujuan agar tercapai para lulusan
sekolah yang berkualitas. Kenyataannya, pengertian kualitas itu adalah
tingginya tingkat intelektual atau kecerdasan yang diukur dengan hasil belajar
dalam bidang seni. Para siswa direkayasa agar belajar keras untuk mengejar
target kurikulum. Suasana belajar menjadi sangat intelektualistis yaitu lebih
menghargai anak yang pandai. Guru terperangkap dalam sistem birokrasi sekolah
sehingga mengajarnya cenderung mekanistik yang mementingkan tercapainya target
kurikulum. Untuk mencapai tujuan itu, siswa perlu dikontrol dengan memperketat
terlaksananya aturan sekolah, bahkan meningkatkan sistem keamanan sekolah
dengan adanya Satpam, bagian keamanan dan piket guru, dan dibantu oleh bagian
keamanan dari siswa.
b.
Guru Pembimbing/BK
Peran guru sebagai pembimbing merupakan
dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja bersumber pada hilangnya makna
keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan di segala bidang. Rasa
keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk pada diri mereka, dan penyalurannya
adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK mampu melaksanakan harapan siswa
yakni mengutamakan membimbing daripada mengajar, besar kemungkinan kenakalan
dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru harus memnuhi syarat kepribadian, dan
sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta kemampuan berkomunikasi atau
keterampilan konseling.
Mengenai kemampuan guru dibidang
bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan. Kebanyakan mereka
beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan dibidang tersebut,
yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas jumlahnya,maka jalan keluar
adalah : semua guru harus berperan sebagai pembimbing.
Guru BK juga harus menjalankan tugas
dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang profesional dalam menghadapai
berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi siswa, tanggap dalam mencari
solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta membuat suatu program kerja
secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi anak terpantau. Bukan hanya
sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya sama sekali tidak dirasakan
oleh para pelajar tersebut.
c.
Fasilitas Pendidikan
Kurangnya fasilitas pendidikan
menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar terhalang. Bakat dan
keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan
yang negatif. Misalnya bermain di jalanan umum, di pasar, di mall dan
sebagainya yang mungkin akan berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan
fasilitas pendidikan yang lain seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik,
alat kesenian dan olagraga, juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan
yang juga mengakibatkan terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak
didik.
4.
DAMPAK
PERKELAHIAN ANTAR PELAJAR
Dampak positif
1. Menimbulkan keberanian, karena tidak
takut akan sesama pelajar.
2. Penghargaan ”rasa terhormat”
terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok
pelajar yang berkelahi.
Dampak Negatif
1.
Bagi pelajar
·
Akan
dijauhi teman.
·
Menimbulkan
luka fisik.
·
Tindak
pidana jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.
2.
Bagi keluarga
·
Rasa
malu terhadap tetangga sekitar karena ulah salah satu anggota keluarga.
·
Keluarga
mendapat teguran dari dari pihak sekolah, masyarakat maupun kepolisian.
3.
Bagi Sekolah
·
Kerugian materiil yang mungkin timbul
seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan lain akibat dari pelemparan
benda dari pihak lain.
·
Kerugian
yang menyangkut
nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni timbulnya
kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
4.
Bagi Masyarakat
·
Akibat yang langsung dialami oleh
masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah terganggunya ketertiban
dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila frekuensi kenakalan
remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka tidak mustahil
kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang memungkinkan
timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
5.
SOLUSI
1.
Di Lingkungan Keluarga
·
Orang tua menciptakan kehidupan rumah
tangga yang beragama.
Artinya membuat
suasana rumah tangga atau
keluarga menjadi kehidupan yang bertaqwa dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Menciptakan kehidupan keluarga yang
harmonis.
Dimana hubungan
antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini
dapat dilakukan dengan memberikan waktu terluang untuk berkumpul
bersama anak-anak misalnya diwaktu makan bersama. Di waktu makan bersama itu
sering keluar ucapan-ucapan dan keluhan-keluhan anak secara spontan. Spontanitas
itu amat penting bagi orang tua sebagai bahan pertimbangan untuk memahami diri
anak-anaknya.
·
Adanya kesamaan norma-norma yang
dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik
anak-anak.
·
Memberikan kasih sayang secara wajar
kepada anak-anak.
·
Memberikan perhatian yang memadai
terhadap kebutuhan anak-anak.
·
Memberikan pengawasan secara wajar
terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat
2.
Di Lingkungan Sekolah
·
Memberikan pengawasan secara wajar
terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.
·
mengintensifikasikan
pelajaran agama bagi pelajar.
·
Mengintensifikasikan bagian Bimbingan
Konseling (BK) di sekolah
dengan cara mengadakan Tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola
bagian ini.
·
Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang
oleh guru-guru, hal ini akan
menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan
itu akan menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus
memperkecil timbulnya kenakalan.
·
Melengkapi
fasilitas sekolah, yaitu seperti gedung, laboratorium, mesjid, alat-alat
pelajaran, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat ketrampilan, dan
sebagainya. Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk
mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. Di samping itu dapat pula
menembangkan bakat murid-murid dalam rangka menuju hidup berwiraswasta
danberdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat.
3.
Di Lingkungan Masyarakat
·
Kegiatan-kegiatan atau organisasi masyarakat yang
positif yang membantu kearah tercapainya tujuan pendidikan, contohnya Palang Merah Remaja
(PMR), organisasi Karang Taruna, organosasi olahraga, dll.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas tentang “Perkelahian Antar Pelajar” dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perkelahian antar pelajar disebabkan
oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal.
2. Perkelahian antar pelajar mempunyai
dampak positif maupun negatif.
3. Untuk mengatasi kasus diatas maka
diperlukan kerjasama antara berbagai elemen.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D dan N. Y. Singgih D. Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Wilis, Sofyan S. 2005.
Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tawuran.Antarpelajar.Kaca.Sekolah.Pecah.htm (dinduh pada
tanggal 18 Mei 2001 Pukul 20.13 WIB).
Kartono, Kartini. 1986. Patologi
Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali.
Tawuran.Antarpelajar.Kaca.Sekolah.Pecah.htm (dinduh pada
tanggal 18 Mei 2001 Pukul 20.13 WIB).
makasi untuk share nya
BalasHapus