BAB II
PEMBAHASAN
A. Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)
Froebel lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem mendidik. Anak. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal karena menciptakan garden of chldren atau kindegarten (taman kanak-kanak) yang berarti kebun milik anak di
Blankenburg, Jerman. Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia.
Blankenburg, Jerman. Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari sekolah yang ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia.
B. Konsep tentang Pendidikan
a. Hakekat Pendidikan
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia). Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua, pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah emosi; alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus diapresiasikan sebagai simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia dengan hukum dan ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari pendidikan. Keempat, seni harus diajarkan karena merupakan talenta umum manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.
b. Metode Pendidikan
Froebel menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu. Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan metode yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang terecana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum tersebut adalah gift dan occupation: pemberian yang menyediakan permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang ada.
Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan membandingkan. Gifts pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang, masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang warnanya sama dengan warna bola yang ada.
Sedangkan Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara belajar yang penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan occupation seorang anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian diri yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran diri.
c. Aplikasi
bermain sebagai fungsi utama pembelajaran. Anak di biarkan mengenal fenomena yang ada lewat bermain. Pola pembelajaran yang ditanamkan melalui seperti :
- Mempelajari matematika melalui permainan
Saat berbaris misalnya, anak yang bertubuh tinggi diminta berada di bagian belakang, sebaliknya yang bertubuh lebih pendek di depan. Pola ini memberikan pemahaman bagi anak untuk mulai belajar matematika sambil bermain.
- Memahami perbedaan semenjak dini
Yang cukup menarik, taman kanak-kanak (TK) umumnya tidak menggunakan seragam. Secara psikologi perkembangan, pola ini bertujuan agar anak mulai dapat memahami tentang perbedaan semenjak dini. Ada yang berbeda antara dirinya dan orang lain.
- Memperkuat sikap ego anak
Selain itu, pola lain yang diterapkan adalah memperkuat sifat ego anak. Kebanyakan orang tua memasukan anaknya ke TK bertujuan agar si anak mampu bersosialisasi. Padahal, dalam usia dini yang harus di perkuat adalah ego anak. Anak harus dididik berkata “inilah aku” bukan “inilah kami”. Kepercayaan diri yang tumbuh sejak dini berdampak pada kemandirianya di masa mendatang. Anak baru belajar bersosialisasi ketika dia masuk sekolah dasar (SD), karena saat itu otaknya sudah mulai berkembang dan emosinya mulai tumbuh.
- Pelajaran musik untuk kecerdasan anak
Yang tak kalah pentingnya dalam pembelajaran anak usia dini adalah dengan memberikan pelajaran musik,. Dengan musik, anak mengenal pola ketukan yang merupakan bantuan tersendiri bagi pengembangan kecerdasan anak.
- Merusak Pola.
Program semacam ini sangat mungkin di anggap tabu di Indonesia. Padahal, sejumlah negara, “merusak pola” (break the pattern) sudah menjadi salah satu materi yang diberikan pada usia dini. Dengan membiarkan anak melukis langit warna kuning, gunung berwarna merah, atau laut berwarna orange, sejatinya bertujuan mengembangkan imajinasi anak, sebab dalam usia dini imajinasi anak sedang berkembang. Anak juga sebaiknya dibiarkan berkhayal semaunya. Tidak perlu di kekang, apalagi didikte dengan satu pola tertentu. Hal ini agar anak memiliki mimpi untuk masa depannya. Tentunya, orang tua harus membimbing anak agar khayalannya itu bisa di arahkan pada hal positif dan bisa diwujudkan.
- Bercerita atau Mendongeng
Salah satu cara yang juga efektif dilakukan dalam perkembangan anak usia dini adalah dengan mendongeng. Pola ini juga dilakukan untuk meningkatkan imajinasi anak. Biarkan anak-anak berkhayal kalau gajah itu bisa terbang., kelinci bisa bicara, atau singa itu memakai mahkota karena dia raja hutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat dibebankan kepada anak; sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri melalui aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi. Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan satu karakter yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap situasi dan kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan.
Pendidikan seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang ada. Dengan demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru.
DARTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar