Selasa, 22 Mei 2012

Perkembangan Anak Usia Dini


Pendahuluan

Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikam lebih lanjut.
Untuk mendidik anak agar ank dapat mengembangkan semua potensi yang ia miliki maka kita perlu memperhatikan perkembangan anak itu sendiri.  Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Pada periode sebelum lahir perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Dalm kenyataan kedua istilah tersebut berbeda, walaupun dapat dipisahkan, namun keduanya tidak bisa berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran ukuran dan struktur. Tidak hanya anak itu menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan stuktur organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak,anak itu mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, meningkat dan berpikir. Anak tumbuh, baik secara mental maupun fisik.



Pembahasan

A.    Perkembangan Anak Pada Usia 1-6 Tahun
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Pada periode sebelum lahir perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh. Klasifikasi usia anak menurut Elizabeth B. Hurlock dan dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Masa Neonatus
Lahir sampai berusia 10-14 hari
2. Masa Bayi
2 minggu sampai 2 Tahun
3. Masa Kanak-Kanak
- Masa kanak-kanak dini
- Akhir masa kanak-kanak
2 tahun – remaja
2-6 tahun
6-13/14 tahun
4. Masa remaja
14-16 tahun
Tabel Klasifikasi usia anak menurut Elizabeth B. Hurlock
Pada masa periode bayi yang baru lahir, selama waktu ini bayi menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru diluar rahim ibu, untuk masa bayi yaitu 2 minggu sampai 2 tahun bayi tidak berdaya, secara bertahap mereka belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri sedangkan pada masa kanak-kanak yaitu 2 tahun sampai masa remaja periode ini biasanya terdiri atas dua bagian yaitu masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah, dan akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) ini adalah periode dimana terjadi kematangan seksual, sebelum masa kanak-kanak berakhir tubuh anak telah mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya, saat inilah yang dikenal dengan sebutan remaja atau pubertas.
Pada masa lampau, emosi baisanya diabaikan dalam studi mengenai perkembangan anak. Tetapi sekarang emosi merupakan konseptualisasi yang semakin penting dalam perkembangan. Bahkan bayi-bayi menunjukkan gaya emosional yang berbeda, memperhatikan tempramen yang berbeda, dan juga membentuk ikatan emosional terhadap pengasuhnya. Dua macam emosi yang paling umum pada masa kanak-kanak ialah kemarahan dan ketakutan. Pada umumnya kemarahan diekspresikan dengan tindakan impulsif yang pada anak kecil biasanya disebut agresi dan pada anak yang lebih tua reaksi itu cenderung ditahan Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Yang umum menimbulkan rasa takut pada masa bayi ialah suara yang keras, binatang, kamar yang gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak kenal, tempat dan obyek yang tidak kenal. Anak kecil lebih takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau anak yang lebih tua.
            Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut yaitu :
Ø  Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dan hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
Ø  Rasa canggung seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan pada obyek atau situasi, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri.
Ø  Rasa khawatir biasanya sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Rasa khawatir timbul karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat, kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak.
Ø  Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, pada kecemasan ini anak mengalami keadaan takut yang ringan setiap menghadapi situasi yang dianggap sebagai ancaman yang potensial.
Dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Setiap tahun berganti, anak kecil semakin kurang menggunakan waktunya untuk bergaul dengan orang dewasa. Pada saat yang sama minat mereka terhadap teman sepermainan yang berusia sebaya semakin bertambah dan juga kesenangannya. Disamping itu juga perlu diperhatikan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Dan perkembangan motorik ini terbagi menjadi  perkembangan motorik kasar yaitu gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot besar , sedangkan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan bila hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Selain perkembangan motorik kesehatan anakpun harus diperhatikan, kesehatan ini meliputi fisik dan nonfisik.
Sebagian besar ketidak berdayaan bayi yang baru kahir berasal dari ketidakmampuan mereka untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang lain. Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan bagi berbagai mekanisme untuk berkomunikasi.
Kemampuan bicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan kecil.
Bentuk – bentuk kominikasi anak:
·         Tangisan; “menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luas” ( Oswald dan Peltzman )
·         Ocehan dan celoteh; dapat mempercepat proses belajar yang memberikan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk mengandalikan mekanisme suara bagi ketrampilan bicara selanjutnya yang lebih rumit.
·         Isyarat; digunakan sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
·         Ungkapan emosional; ungkapan emosi memperkuat kata – kata, dan agaknya menjadi pelengkap daripada sebagai pengganti bicara sebagaimana halnya pada waktu bayi belum dapat bicara.

B.     Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak
            Dunia anak adalah dunia bermain, bermain penting untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Studi mangenai bagaimana anak bermain telah mengungkapkan bahwa bermain sepanjang masa kanak-kanak mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari permainan remaja dan orang dewasa. Walaupun karakteristik ini mungkin sedikit bervariasi. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. 
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) bermain memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, seperti:
Ø  Perkembangan fisik, bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.
Ø  Dorongan berkomunikasi, agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya  mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
Ø  Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap prilaku mereka.
Ø  Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain.
Ø  Sumber belajar, bermain memberi kesempatan untuk  mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah.
Ø  Rangsangan bagi kreatifitas melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
Ø  Perkembangan wawasan diri, dengan bermain bersama anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini kemungkinan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
Ø  Standar Moral, walaupun anak belajar di rumah dan disekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
Ø  Perkembangan Pribadi, dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur ,sportif ,dan disukai orang.

Banyak ahli teori penting yang disesuaikan dibab-bab awal telah menulis tentsng fungsi permainan dalam perkembangan anak. Menurut Freud dan Erikson, bermain membantu anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegaangan mengendur dalam permainan, anak tersebut dapat menghadapi masalah kehidupan.permainan memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan, yang meninkatkan kemampuan si anak untuk menghadapi masalah. Hingga derajat tertentu, fungsi permainan ini menginspirasi perkembangan terapi permainan, di mana terapis menggunakan permainan untuk memungkinkan anak melepaskan rasa frustrasi dan memberikan kesempatan untuk menganalisis konflik anak dan cara anak mengatasinya. Anak-anak mungkin merasa kurang terncam dann cenderung lebih mampu mengutarakan perasaan mereka dalam konteks bermain (John W. Santrock, 2007:216).  
Survei tentang berbagai jenis permainan yang dilakukan anak sangat banyak, walaupun tidak semua anak melakukan permainan yang sama.  Banyaknya kegiatan bermain, maka kegiatan ini dibagi ke dalam 2 kategori utama bermain aktif dan bermain pasif, yang umumnya disebut “hiburan”.
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Permainan aktif antara lain :
Ø  Bermain Bebas dan Spontan, bermain bebas dan spontan merupakan bentuk bermain aktif yang merupakan       wadah anak-anak untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka ingin melakukannya.
Ø  Permainan Drama, permainan drama yang seringkali disebut “permainan pura-pura” adalah bentuk permainan aktif dimana anak-anak, melalui perilaku dan bahasan yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang sebenarnya.
Ø  Bermain konstruktif adalah bentuk bermain dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan bermanfaat melainkan lebih ditujukan bagi kegembiraan yang diperolehnya dari membuatnya.
Ø  Musik mungkin merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung pada bagaimana penggunaanya.
Ø  Mengumpulkan adalah jenis kegiatan bermain yang umum dikalangan anak-anak dari semua latar belakang semua ras, agama, dan sosioekonomis. Biasanya dimulai pada tahun-tahun prasekolah, yaitu pada waktu anak berusia 3 tahun. Pada mulanya anak mengumpulkan segala sesuatu tanpa mempersoalkan kegunaannya. Kegiatan ini memberinya kesenangan untuk mengambil sesuatu dan membawanya kerumah, yang biasanya dikumpulkan bersama dengan mainan.
Ø  Mengekplorasi seperti halnya bayi yang memperoleh kegembiraan besar dari mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula halnya dengan anak yang lebih besar.

Dalam bermain pasif atau “hiburan” ,kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang hewan atau orang ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya ditempat olahraga atau tempat bermain. Permainan pasif antara lain :
   Membaca jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat membaca dengan usaha sendiri.
   Menonton Film, kebanyakan anak prasekolah kurang mengerti apa yang diperlihatkan dilayar  film sehingga tidak dapat memuaskan perhatiannya sepanjang pertunjukan. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi film yang diputar khusus bagi tingkat usia mereka. Film yang mempunyai unsur menegangkan yang menampakkan adegan tembakan ataupun keributan, banyak anak prasekolah menjadi takut. Tanpa menyadari bahwa adegan itu hanya sandiwara, mereka sering menutup mata dan menangis ketakutan.
   Mendengarkan musik, bayi senang dinyanyikan atau mendengarkan musik, kesenangan ini meningkat dengan bertambahnya usia anak dan mencapai titik puncaknya pada masa remaja ketika perhatian dalam bermain aktif menurun.
Sudah dijelaskan diatas, bahwa menurut Elizabeth B. Hurlock bermain memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, selain itu ada tahapan-tahapan perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock, yaitu :
Ø  Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berumur 3bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang, dan menpelajari benda kecil. setelah mereka dapat melangkah atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
Ø  Tahapan Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak,     berbicara dan merasakan. dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak ,mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permainan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain barang mainan sebagai ‘permainan bayi’.
Ø  Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah ,jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi, dan bentuk permainan lainnya.
Ø  Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan  minat dalam permainan yang sebelumnya dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun, merupakan ciri khas anak remaja, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.


Kesimpulan
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Perkebangan anak usia dini meliputi perrkembangan fisik, motorik, bicara, emosi dan perkembangan sosial. Perkembangan anak juga dapat dipengaruhi oleh pola bermain mereka. Elizabeth B. Hurlock mengemukakan empat tahapan dalam perkembangan bermain anak yaitu: tahap eksplorasi, tahap permainan, tahap bermain dan tahap melamun.



Daftar Pustaka

Hurlock, Elizabath  B. 1987. Perkembangan Anak  jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar