Selasa, 29 Mei 2012
Selasa, 22 Mei 2012
Pembangunan Politik era Reformasi
Indonesia merupakan bangsa yang telah merdeka selama 65 tahun dan mau menuju ke 66 tahun pada tahun ini. Dalam perjalanan, Indonesia mengalami macam perubahan metode dalam sistem pemerintahan. Dimulai dari RIS ( Republik Indonesia Serikat ), Sistem Parlementer hingga Sistem Demokrasi Terpimpin. Perubahan sistem pemerintahan tersebut telah dianggap menjadi sebuah kewajaran,
Pendidikan Menurut . Friederich Wilhelm Froebel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)
Froebel lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem mendidik. Anak. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal karena menciptakan garden of chldren atau kindegarten (taman kanak-kanak) yang berarti kebun milik anak di
Format Surat Keterangan Mengajar
SURAT KETERANGAN MENGAJAR
Nomor:
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
Nama :
NIP :
Pangkat/Gol :
Jabatan :
Benar-benar mengajar di sekolah ini dengan keterangan sebagai berikut:
Demikian Surat Keterangan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari surat keterangan ini ternyata tidak benar sehingga mengakibatkan kerugian terhadap Negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat, semoga dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Mengetahui Klaten, 1 Juli 2012
Kepala UPTD Pendidikan Pengawas TK/SD Kepala SD
Petunjuk Pelaksanaan Observasi Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Lembaga PLS
1. Identitas Lembaga
a. Nama Lembaga :
b. Alamat :
c. Telp. :
d. Sejarah Pendirian :
2. Tujuan Pendirian
3. Visi dan Misi
4. Program yang Dikembangkan
5. Sarana dan Prasarana Pendukung yang Tersedia
6. Struktur Organisasi Kelembagaan
7. Analisis Pekerjaan
- Deskripsi Pekerjaan
Nama Jabatan :
Pengawas :
Kode Jabatan :
Tahun :
Lokasi Kerja :
Tugas yang Dilaksanakan :
- Kualifikasi Pekerjaan
Nama Jabatan :
Pengawas :
Kode Jabatan :
Tahun :
Lokasi Kerja :
Tugas yang Dilaksanakan :
Faktor Keahlian (disesuaikan dengan kondisi di lapangan)
· Pendidikan Formal yang Dipersyaratkan
· Pendidikan Non Formal yang Dipersyaratkan
· Pengalaman Kerja
· Kemampuan Berkomunikasi
Faktor SDM (disesuaikan dengan kondisi di lapangan)
Faktor ini meliputi persyaratan mental yang harus dimiliki oleh karyawan, contoh: etos kerja tinggi, kejujuran dll
Faktor Organisasional (disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan)
Pengalaman Organisasi
Kemampuan yang harus dimiliki dalam berorganisasi
8. Mekanisme Rekruitmen Tenaga Kerja
9. Program Pengembangan Karyawan
· Orientasi
· Pelatihan
· Pendidikan
10. Perencanaan Pengembangan Karier
11. Penilaian Prestasi Kerja
12. Mekanisme Kompensasi
13. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
14. Program Pemutusan Hubungan Kerja
Sejarah Taman Siswa
Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.
Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun”.
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh
Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Konsep Pendidikan Tamansiswa :
Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Tamansiswa anti intelektualisme; artinya siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan (balancing), yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.
Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang diciptakan oleh Benjamin S. Bloom yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik maka di Tamansiswa ada “Konsep Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-kan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.
Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
Sumber :
http://mangunsarkoro.wordpress.com/2010/05/02/sejarah-taman-siswa/
Pendidikan Pada Era Reformasi
Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya proses demokrasi. Demokrasi juga telah memasuki dunia pendidikan nasional antara lain dengan lahirnya Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam bidang pendidikan bukan lagi merupakan tanggung jawab pemerintah pusat tetapi diserahkan kepada tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, hanya beberapa fungsi saja yang tetap berada di tangan pemerintah pusat. Perubahan dari sistem yang sentralisasi ke desentralisasi akan membawa konsekuensi-konsekuensi yang jauh di dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak perubahan juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional.
Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Sistem Pendidikan Nasional Era Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok.
Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan politik dan kekuatan ekonomi.
1. Kekuatan Politik :
Pendidikan masuk dalam subordinasi dari kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti pendidikan telah dimasukkan ke dalam perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk kepentingan kekuatan golongannya. Pandangan politik ditentukan oleh dua paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma ekonomi. Paradigma teknologi mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin kenyaman hidup manusia. Paradigma ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan modern dalam arti pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan kebutuhan non materiil duniawi. Contoh pengembangan dana 20 %.
2. Kekuatan Ekonomi:
Manusia Indonesia tidak terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya yaitu pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai negatifnya yaitu mempersempit tujuan pendidikan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang dapat bersaing, yaitu pada profit orientit yang mencari keuntungan sebesar-besarnya terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan. Demi mencapai efisiensi dan kualitas pendidikan maka disusunlah beberapa upaya standardisasi. Untuk usaha tersebut maka muncul konsep-konsep seperti : Ujian Nasional.
Dalam menyusun RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 lebih menekankan pada manajemen dan kepemeimpinan bukan masalah pokok yaitu pengembangan anak Indonesia. Anak Indonesia dijadikan obyek, anak Indonesia bukan merupakan suatu proses humanisasi atau pemanusiaan. Anak Indonesia dijadikan alat untuk menggulirkan suatu tujuan ekonomis yaitu pertumbuhan, keterampilan, penguasaan skil yang dituntut dalam pertumbuhan ekonomi.
Dalam menyusun RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 – 2009 lebih menekankan pada manajemen dan kepemeimpinan bukan masalah pokok yaitu pengembangan anak Indonesia. Anak Indonesia dijadikan obyek, anak Indonesia bukan merupakan suatu proses humanisasi atau pemanusiaan. Anak Indonesia dijadikan alat untuk menggulirkan suatu tujuan ekonomis yaitu pertumbuhan, keterampilan, penguasaan skil yang dituntut dalam pertumbuhan ekonomi.
Daftar Pimpinan Muhammadiyah
No
|
Nama
|
Awal Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
1
|
1912
|
1923
| |
2
|
1923
|
1932
| |
3
|
1932
|
1936
| |
4
|
1936
|
1942
| |
5
|
1942
|
1953
| |
6
|
1953
|
1959
| |
7
|
1959
|
1962
| |
8
|
1962
|
1968
| |
9
|
1968
|
1971
| |
10
|
1971
|
1990
| |
11
|
1990
|
1995
| |
12
|
1995
|
2000
| |
13
|
2000
|
2005
| |
14
|
2005
|
2010
| |
15
|
2010
|
2015
|
Memotivasi Masyarakat Desa Menuju Hidup Sejahtera
PENDAHULUAN
Menurut Sumadilaga ( dalam Junaidi, 2009 ) menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap tolong menolong, simpati dan menolong tanpa pamrih.
2. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan, tidak menonjolkan diri, tidak suka akan perbedaan pendapat, pada intinya semua harus memperhatikan persamaan.
3. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.
4. Askripsi yaitu hubungannya dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.
5. Kekabaran yaitu masyarakat menggunakan bahasa tidak langsung untuk menunjukkan sesuatu.
Apakah benar masyarakat desa terbelakang……. ? Ada yang mengatakan mereka justru lebih inovatif dan berpikiran kritis. Orang-orang sering mengatakan “masyarakat Desa” punya banyak permasalahan terutama kemiskinan. Hampir semua data dan laporan menuliskan, angka keluarga miskin mencapai 75 % dari jumlah keluarga yang ada. Padahal kalau kita melihat realita di lapangan, sebenarnya angka yang dilaporkan itu terlalu terpaut jauh. Diduga ini karena pengaruh penentuan kriteria tingkat kesejahteraan oleh berbagai dinas/instansi dalam memberikan paket bantuan sehingga menyebabkan banyak orang yang menyatakan dirinya miskin.
Salah satu cara kita sebagai calon sarjana Pendidikan Luar Sekolah untuk mengubah keadaan masyarakat desa tersebut adalah dengan memotivasi.
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
1. Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
2. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
3. Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ).
4. McDonald (dalam Sardiman, 1986) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
5. Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
PEMBAHASAN
Sesungguhnya masyarakat desa itu memiliki banyak potensi seperti tersedianya lahan pertanian, ternak dan hasil laut yang melimpah.. Apabila dimanfaatkan dengan baik, tentu potensi desa ini akan dapat memperbaiki ekonomi mereka.
Sayangnya, memang ada beberapa kelemahan mereka yang tidak dapat kita pungkiri. Misalnya pola konsumtif yang cukup tinggi, serta lebih mengedepankan hal-hal yang praktis saja. Ini bisa terjadi karena sudah terlalu terbiasa dengan berbagai bantuan dari proyek pemerintah maupun dari pihak lain (LSM, Perusahaan dll).
Belajar dari pola hidup mereka, sepertinya masyarakat itu sudah diracuni oleh hal-hal yang serba praktis.Pemberian paket-paket pertanian (pupuk kimia, pestisida/herbisida, benih) menyebabkan mereka sulit untuk berusaha sehingga kesannya kalau tidak ada bantuan maka mereka tidak mau berusaha. Pekerjaan mereka hanya menunggu saja, seakan-akan nasib mereka ditentukan oleh orang lain.
Dari hal itu maka yang perlu kita lakukan adalah dengan memotivasi mereka untuk meninggalkan pola hidup yang dirasa tidak menuju sejahtera yaitu:
1. Dengan menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki kekuatan baik dalam diri mereka maupun yang berada disekitar mereka.
2. Kekuatan yang dibangun dari masyarakat harus terus dijaga dan ini akan mendorong lahirnya satu komitmen untuk berubah mencapai kemajuan, mengatasi ketidakberdayaan, mengejar keterbelakangan dan melawan ketidakadilan.
3. Mereka tidak boleh mudah putus asa, karena hidup adalah sebuah perjuangan yang mana haruslah pantang menyerah agar memperoleh sesuatu yang diinginkan.
4. Mereka memiliki lahan pekarangan. Ini dapat mereka manfaatkan dengan tanaman sayuran baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk dijual. Begitu juga dengan ternak. Mereka bisa gunakan untuk pengolahan lahan, maupun sebagai bahan pembuatan pupuk organik.
5. Jangan takut untuk membuka usaha, karena masyarakat desa juga mempunyai potensi-potensi untuk berwirausaha.
Jika kondisi tersebut dapat diwujudkan, maka hampir semua rumah tangga tidak ada lagi yang kekurangan pangan. Mereka dapat memperolehnya dari produksi pemanfaatan lahan pertanian maupun membeli dari perolehan usaha sampingannya, sehingga kebutuhan gizi anak dapat dipenuhi. Mereka pun dapat menggunakan layanan kesehatan untuk mengobati anak-anak mereka jika sakit. Mimpi “mewujudkan kehidupan anak Indonesia yang lebih baik” benar-benar menjadi satu kebanggaan tersendiri.
Selanjutnya kita tidak akan berhenti pada pemenuhan kebutuhan, tetapi kita akan berbicara pada jangka waktu yang panjang.Jika suatu masyarakat sudah sejahtera maka sifatnya akan menggenerasi sehingga tidak ada lagi istilah miskin karena keturunan karena hal itu sudah dikubur dalam-dalam. Inovasi dan pikiran-pikiran kritis akan jadi bagian dari kehidupan mereka.
Untuk mengarahkan masyarakat desa pada “perubahan” jelas diperlukan komitmen berbagai pihak yang merasa prihatin dengan masyarakat desa., agar beberapa proses pemberdayaan betul-betul dilakukan. Jangan malah sebaliknya membuat mereka tidak berdaya dan masyarakat ditipu. Transparansi dan menanamkan nilai-nilai kejujuran serta keadilan menjadi hal penting untuk ditempatkan pada posisi yang paling tinggi. Ini pun akan menjadi teropong yang akan mengarahkan jalannya kegiatan menjadi lebih baik.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
DAFTAR PUSTAKA
http://agoesman120.wordpress.com/2009/06/28/masyarakat-desa-memiliki-potensi-untuk-maju/ (diakses tanggal 24 Mei 2011 pukul 13.06 WIB)
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siagan, Sondang P. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Malang: Averroes Press.
Perkembangan Anak Usia Dini
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikam lebih lanjut.
Untuk mendidik anak agar ank dapat mengembangkan semua potensi yang ia miliki maka kita perlu memperhatikan perkembangan anak itu sendiri. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Pada periode sebelum lahir perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh.
Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Dalm kenyataan kedua istilah tersebut berbeda, walaupun dapat dipisahkan, namun keduanya tidak bisa berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran ukuran dan struktur. Tidak hanya anak itu menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan stuktur organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak,anak itu mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, meningkat dan berpikir. Anak tumbuh, baik secara mental maupun fisik.
Pembahasan
A. Perkembangan Anak Pada Usia 1-6 Tahun
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Pada periode sebelum lahir perkembangan berlangsung sangat cepat, yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh struktur tubuh. Klasifikasi usia anak menurut Elizabeth B. Hurlock dan dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Masa Neonatus
|
Lahir sampai berusia 10-14 hari
|
2. Masa Bayi
|
2 minggu sampai 2 Tahun
|
3. Masa Kanak-Kanak
- Masa kanak-kanak dini
- Akhir masa kanak-kanak
|
2 tahun – remaja
2-6 tahun
6-13/14 tahun
|
4. Masa remaja
|
14-16 tahun
|
Tabel Klasifikasi usia anak menurut Elizabeth B. Hurlock
Pada masa periode bayi yang baru lahir, selama waktu ini bayi menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru diluar rahim ibu, untuk masa bayi yaitu 2 minggu sampai 2 tahun bayi tidak berdaya, secara bertahap mereka belajar mengendalikan ototnya sehingga mereka secara berangsur dapat bergantung pada dirinya sendiri sedangkan pada masa kanak-kanak yaitu 2 tahun sampai masa remaja periode ini biasanya terdiri atas dua bagian yaitu masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah, dan akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) ini adalah periode dimana terjadi kematangan seksual, sebelum masa kanak-kanak berakhir tubuh anak telah mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya, saat inilah yang dikenal dengan sebutan remaja atau pubertas.
Pada masa lampau, emosi baisanya diabaikan dalam studi mengenai perkembangan anak. Tetapi sekarang emosi merupakan konseptualisasi yang semakin penting dalam perkembangan. Bahkan bayi-bayi menunjukkan gaya emosional yang berbeda, memperhatikan tempramen yang berbeda, dan juga membentuk ikatan emosional terhadap pengasuhnya. Dua macam emosi yang paling umum pada masa kanak-kanak ialah kemarahan dan ketakutan. Pada umumnya kemarahan diekspresikan dengan tindakan impulsif yang pada anak kecil biasanya disebut agresi dan pada anak yang lebih tua reaksi itu cenderung ditahan Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Yang umum menimbulkan rasa takut pada masa bayi ialah suara yang keras, binatang, kamar yang gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak kenal, tempat dan obyek yang tidak kenal. Anak kecil lebih takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau anak yang lebih tua.
Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut yaitu :
Ø Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dan hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
Ø Rasa canggung seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan pada obyek atau situasi, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri.
Ø Rasa khawatir biasanya sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Rasa khawatir timbul karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat, kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak.
Ø Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, pada kecemasan ini anak mengalami keadaan takut yang ringan setiap menghadapi situasi yang dianggap sebagai ancaman yang potensial.
Dari umur 2 sampai 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Setiap tahun berganti, anak kecil semakin kurang menggunakan waktunya untuk bergaul dengan orang dewasa. Pada saat yang sama minat mereka terhadap teman sepermainan yang berusia sebaya semakin bertambah dan juga kesenangannya. Disamping itu juga perlu diperhatikan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Dan perkembangan motorik ini terbagi menjadi perkembangan motorik kasar yaitu gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot besar , sedangkan motorik halus adalah gerakan yang dilakukan bila hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Selain perkembangan motorik kesehatan anakpun harus diperhatikan, kesehatan ini meliputi fisik dan nonfisik.
Sebagian besar ketidak berdayaan bayi yang baru kahir berasal dari ketidakmampuan mereka untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang lain dan ketidakmampuan mereka memahami kata dan isyarat yang digunakan orang lain. Ketidakberdayaan ini berkurang dengan cepat pada awal tahun kehidupan, pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang diperlukan bagi berbagai mekanisme untuk berkomunikasi.
Kemampuan bicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan kecil.
Bentuk – bentuk kominikasi anak:
· Tangisan; “menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luas” ( Oswald dan Peltzman )
· Ocehan dan celoteh; dapat mempercepat proses belajar yang memberikan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk mengandalikan mekanisme suara bagi ketrampilan bicara selanjutnya yang lebih rumit.
· Isyarat; digunakan sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
· Ungkapan emosional; ungkapan emosi memperkuat kata – kata, dan agaknya menjadi pelengkap daripada sebagai pengganti bicara sebagaimana halnya pada waktu bayi belum dapat bicara.
B. Pengaruh Bermain Bagi Perkembangan Anak
Dunia anak adalah dunia bermain, bermain penting untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Studi mangenai bagaimana anak bermain telah mengungkapkan bahwa bermain sepanjang masa kanak-kanak mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari permainan remaja dan orang dewasa. Walaupun karakteristik ini mungkin sedikit bervariasi. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978) bermain memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, seperti:
Ø Perkembangan fisik, bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.
Ø Dorongan berkomunikasi, agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
Ø Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam, bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap prilaku mereka.
Ø Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain.
Ø Sumber belajar, bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah.
Ø Rangsangan bagi kreatifitas melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.
Ø Perkembangan wawasan diri, dengan bermain bersama anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini kemungkinan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.
Ø Standar Moral, walaupun anak belajar di rumah dan disekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
Ø Perkembangan Pribadi, dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur ,sportif ,dan disukai orang.
Banyak ahli teori penting yang disesuaikan dibab-bab awal telah menulis tentsng fungsi permainan dalam perkembangan anak. Menurut Freud dan Erikson, bermain membantu anak menguasai kecemasan dan konflik. Karena ketegaangan mengendur dalam permainan, anak tersebut dapat menghadapi masalah kehidupan.permainan memungkinkan anak menyalurkan kelebihan energi fisik dan melepaskan emosi yang tertahan, yang meninkatkan kemampuan si anak untuk menghadapi masalah. Hingga derajat tertentu, fungsi permainan ini menginspirasi perkembangan terapi permainan, di mana terapis menggunakan permainan untuk memungkinkan anak melepaskan rasa frustrasi dan memberikan kesempatan untuk menganalisis konflik anak dan cara anak mengatasinya. Anak-anak mungkin merasa kurang terncam dann cenderung lebih mampu mengutarakan perasaan mereka dalam konteks bermain (John W. Santrock, 2007:216).
Survei tentang berbagai jenis permainan yang dilakukan anak sangat banyak, walaupun tidak semua anak melakukan permainan yang sama. Banyaknya kegiatan bermain, maka kegiatan ini dibagi ke dalam 2 kategori utama bermain aktif dan bermain pasif, yang umumnya disebut “hiburan”.
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat. Permainan aktif antara lain :
Ø Bermain Bebas dan Spontan, bermain bebas dan spontan merupakan bentuk bermain aktif yang merupakan wadah anak-anak untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka ingin melakukannya.
Ø Permainan Drama, permainan drama yang seringkali disebut “permainan pura-pura” adalah bentuk permainan aktif dimana anak-anak, melalui perilaku dan bahasan yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang sebenarnya.
Ø Bermain konstruktif adalah bentuk bermain dimana anak-anak menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan bermanfaat melainkan lebih ditujukan bagi kegembiraan yang diperolehnya dari membuatnya.
Ø Musik mungkin merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung pada bagaimana penggunaanya.
Ø Mengumpulkan adalah jenis kegiatan bermain yang umum dikalangan anak-anak dari semua latar belakang semua ras, agama, dan sosioekonomis. Biasanya dimulai pada tahun-tahun prasekolah, yaitu pada waktu anak berusia 3 tahun. Pada mulanya anak mengumpulkan segala sesuatu tanpa mempersoalkan kegunaannya. Kegiatan ini memberinya kesenangan untuk mengambil sesuatu dan membawanya kerumah, yang biasanya dikumpulkan bersama dengan mainan.
Ø Mengekplorasi seperti halnya bayi yang memperoleh kegembiraan besar dari mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula halnya dengan anak yang lebih besar.
Dalam bermain pasif atau “hiburan” ,kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak yang menikmati temannya bermain, memandang hewan atau orang ditelevisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya ditempat olahraga atau tempat bermain. Permainan pasif antara lain :
Membaca jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat membaca dengan usaha sendiri.
Menonton Film, kebanyakan anak prasekolah kurang mengerti apa yang diperlihatkan dilayar film sehingga tidak dapat memuaskan perhatiannya sepanjang pertunjukan. Tentu saja hal ini tidak berlaku bagi film yang diputar khusus bagi tingkat usia mereka. Film yang mempunyai unsur menegangkan yang menampakkan adegan tembakan ataupun keributan, banyak anak prasekolah menjadi takut. Tanpa menyadari bahwa adegan itu hanya sandiwara, mereka sering menutup mata dan menangis ketakutan.
Mendengarkan musik, bayi senang dinyanyikan atau mendengarkan musik, kesenangan ini meningkat dengan bertambahnya usia anak dan mencapai titik puncaknya pada masa remaja ketika perhatian dalam bermain aktif menurun.
Sudah dijelaskan diatas, bahwa menurut Elizabeth B. Hurlock bermain memberikan pengaruh bagi perkembangan anak, selain itu ada tahapan-tahapan perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock, yaitu :
Ø Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berumur 3bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang, dan menpelajari benda kecil. setelah mereka dapat melangkah atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
Ø Tahapan Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak, berbicara dan merasakan. dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak ,mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permainan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain barang mainan sebagai ‘permainan bayi’.
Ø Tahap Bermain
Setelah masuk sekolah ,jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olahraga, hobi, dan bentuk permainan lainnya.
Ø Tahap Melamun
Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat dalam permainan yang sebelumnya dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun, merupakan ciri khas anak remaja, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.
Kesimpulan
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak saat pembuahan hingga kematian. Perkebangan anak usia dini meliputi perrkembangan fisik, motorik, bicara, emosi dan perkembangan sosial. Perkembangan anak juga dapat dipengaruhi oleh pola bermain mereka. Elizabeth B. Hurlock mengemukakan empat tahapan dalam perkembangan bermain anak yaitu: tahap eksplorasi, tahap permainan, tahap bermain dan tahap melamun.
Daftar Pustaka
Hurlock, Elizabath B. 1987. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan anak jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Langganan:
Postingan (Atom)