PENDAHULUAN
Menurut Sumadilaga ( dalam Junaidi, 2009 ) menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional yang memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap tolong menolong, simpati dan menolong tanpa pamrih.
2. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan, tidak menonjolkan diri, tidak suka akan perbedaan pendapat, pada intinya semua harus memperhatikan persamaan.
3. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.
4. Askripsi yaitu hubungannya dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.
5. Kekabaran yaitu masyarakat menggunakan bahasa tidak langsung untuk menunjukkan sesuatu.
Apakah benar masyarakat desa terbelakang……. ? Ada yang mengatakan mereka justru lebih inovatif dan berpikiran kritis. Orang-orang sering mengatakan “masyarakat Desa” punya banyak permasalahan terutama kemiskinan. Hampir semua data dan laporan menuliskan, angka keluarga miskin mencapai 75 % dari jumlah keluarga yang ada. Padahal kalau kita melihat realita di lapangan, sebenarnya angka yang dilaporkan itu terlalu terpaut jauh. Diduga ini karena pengaruh penentuan kriteria tingkat kesejahteraan oleh berbagai dinas/instansi dalam memberikan paket bantuan sehingga menyebabkan banyak orang yang menyatakan dirinya miskin.
Salah satu cara kita sebagai calon sarjana Pendidikan Luar Sekolah untuk mengubah keadaan masyarakat desa tersebut adalah dengan memotivasi.
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
1. Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
2. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
3. Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ).
4. McDonald (dalam Sardiman, 1986) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
5. Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
PEMBAHASAN
Sesungguhnya masyarakat desa itu memiliki banyak potensi seperti tersedianya lahan pertanian, ternak dan hasil laut yang melimpah.. Apabila dimanfaatkan dengan baik, tentu potensi desa ini akan dapat memperbaiki ekonomi mereka.
Sayangnya, memang ada beberapa kelemahan mereka yang tidak dapat kita pungkiri. Misalnya pola konsumtif yang cukup tinggi, serta lebih mengedepankan hal-hal yang praktis saja. Ini bisa terjadi karena sudah terlalu terbiasa dengan berbagai bantuan dari proyek pemerintah maupun dari pihak lain (LSM, Perusahaan dll).
Belajar dari pola hidup mereka, sepertinya masyarakat itu sudah diracuni oleh hal-hal yang serba praktis.Pemberian paket-paket pertanian (pupuk kimia, pestisida/herbisida, benih) menyebabkan mereka sulit untuk berusaha sehingga kesannya kalau tidak ada bantuan maka mereka tidak mau berusaha. Pekerjaan mereka hanya menunggu saja, seakan-akan nasib mereka ditentukan oleh orang lain.
Dari hal itu maka yang perlu kita lakukan adalah dengan memotivasi mereka untuk meninggalkan pola hidup yang dirasa tidak menuju sejahtera yaitu:
1. Dengan menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki kekuatan baik dalam diri mereka maupun yang berada disekitar mereka.
2. Kekuatan yang dibangun dari masyarakat harus terus dijaga dan ini akan mendorong lahirnya satu komitmen untuk berubah mencapai kemajuan, mengatasi ketidakberdayaan, mengejar keterbelakangan dan melawan ketidakadilan.
3. Mereka tidak boleh mudah putus asa, karena hidup adalah sebuah perjuangan yang mana haruslah pantang menyerah agar memperoleh sesuatu yang diinginkan.
4. Mereka memiliki lahan pekarangan. Ini dapat mereka manfaatkan dengan tanaman sayuran baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk dijual. Begitu juga dengan ternak. Mereka bisa gunakan untuk pengolahan lahan, maupun sebagai bahan pembuatan pupuk organik.
5. Jangan takut untuk membuka usaha, karena masyarakat desa juga mempunyai potensi-potensi untuk berwirausaha.
Jika kondisi tersebut dapat diwujudkan, maka hampir semua rumah tangga tidak ada lagi yang kekurangan pangan. Mereka dapat memperolehnya dari produksi pemanfaatan lahan pertanian maupun membeli dari perolehan usaha sampingannya, sehingga kebutuhan gizi anak dapat dipenuhi. Mereka pun dapat menggunakan layanan kesehatan untuk mengobati anak-anak mereka jika sakit. Mimpi “mewujudkan kehidupan anak Indonesia yang lebih baik” benar-benar menjadi satu kebanggaan tersendiri.
Selanjutnya kita tidak akan berhenti pada pemenuhan kebutuhan, tetapi kita akan berbicara pada jangka waktu yang panjang.Jika suatu masyarakat sudah sejahtera maka sifatnya akan menggenerasi sehingga tidak ada lagi istilah miskin karena keturunan karena hal itu sudah dikubur dalam-dalam. Inovasi dan pikiran-pikiran kritis akan jadi bagian dari kehidupan mereka.
Untuk mengarahkan masyarakat desa pada “perubahan” jelas diperlukan komitmen berbagai pihak yang merasa prihatin dengan masyarakat desa., agar beberapa proses pemberdayaan betul-betul dilakukan. Jangan malah sebaliknya membuat mereka tidak berdaya dan masyarakat ditipu. Transparansi dan menanamkan nilai-nilai kejujuran serta keadilan menjadi hal penting untuk ditempatkan pada posisi yang paling tinggi. Ini pun akan menjadi teropong yang akan mengarahkan jalannya kegiatan menjadi lebih baik.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
DAFTAR PUSTAKA
http://agoesman120.wordpress.com/2009/06/28/masyarakat-desa-memiliki-potensi-untuk-maju/ (diakses tanggal 24 Mei 2011 pukul 13.06 WIB)
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Siagan, Sondang P. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ali, madekhan. 2007. Orang Desa Anak Tiri Perubahan. Malang: Averroes Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar